Thursday, January 15, 2015

Satu Setengah Tahun

Menjelang penutupan tahun 2014, banyak peristiwa yang bisa dikatakan sebagai tahun 'mimpi dan petualangan'. Lebih tepatnya selama satu setengah tahun setelah kelulusan kuliah dari beberapa tahun 2013, rangkaian pengalaman unpredictable menciptakan aroma baru dengan bumbu yang energik.

Berawal dari pekerjaan tetap pertama yang jauh dari background kuliah dengan lokasi yang lebih mandiri. Tak jarang orang bertanya mengapa?, kok bisa?, gimana ceritanya?,tujuannya apa? Dan bla bla bla. Mungkin pertanyaan tadi justru menjadi motivasi untuk semakin fokus dalam mencapai tujuan yang aku harapkan. Dalam perjalanannya, meskipun masih bnyk pertanyaan, aku pun masih bisa menikmati kondisi penyimpangan dari background kuliah itu.

Merasakan hidup pada lokasi yang lebih mandiri menciptakan suatu petualangan yang menggiurkan. Entah mengapa pikiranku belum pernah seberani ini, sebelum aku memilih untuk hidup mandiri. Aku memiliki obsesi untuk berkeliling nusantara. Ya aku ingin itu ! Sebelumnya, pikiran itu sempat terhalang dengan berbagai hal seperti finansial, kawan seperjalanan, dan persetujuan orang tua serta banyak hal lain. So far, halangan tadi bukan lagi untuk ditakuti tapi menjadikan sebuah kesempatan dan gelora baru untuk mewujudkan sebuah impian.

Kesempatan itu ada pada bulan pertama sebelum mulai bekerja. Dengan niat yang penuh aku sengaja ingin memanjakan diri dulu dengan memilih Pulau Karimun Jawa sebagai pelampiasan petualanganku.  Pulau yang punya identitas keelokan Indonesia baik di bawah laut ataupun di alam liarnya. Pulau ini eksotis ditambah lagi dengan pengelolaan yang cukup baik oleh penduduknya sehingga tak jarang pengunjungnya mendapat pengalaman hebat. Pengalaman baru ini justru meningkatkan adrenalinku untuk mengeksplor Indonesia semakin lebih lagi. Jadi, tak ragu berjanji pada diri sendiri untuk terus mengoleksi trip to nusantara, meskipun rutinitas bekerja akan segera berlangsung.

Perjalanan rutinitas satu setengah tahun ini diawali dengan menjejakan kaki di Jakarta sebagai tempatku mendulang rejeki. Di sana, aku merasakan pengalaman menjadi bumbu dan lingkungan telah memberikan banyak resep dalam menjalani proses kemandirian. Proses kemandirian terutama ketika jauh dari orangtua. Rasanya ada sensasi puncak stress dimana segala keputusan dari banyak pilihan harus ditempuh sendiri. Di samping itu, mengenal sekaligus menangani berbagai karakter manusia dalam sekali waktu menjadi suatu tantangan yang harus kuhadapi. Mungkin bisa dibilang, pekerjaan ini cukup menguras energi. Faktor utamanya karena pekerjaan ini memposisikanku pada tuntutan untuk harus belajar cepat dan harus bisa menangani masalah dalam segala situasi. Namun, yang terpenting harus berada dalam kondisi netral. Beruntungnya dari pekerjaan ini, aku benar-benar merasa digodok dan digembleng oleh namanya pelajaran problem solving. Selepas dari masa suka dan duka dari pekerjaan ini. I can enjoy it!

Satu tahun masa bekerja telah berlalu, dalam artian liburan telah menanti dan cuti tahunan sudah dalam genggaman. Seperti yang sudah kuikrarkan sebelumnya, kalau pengeksploran wisata Indonesia akan terus berlanjut meskipun sudah berada dalam rutinitas bekerja. Kini, lokasi tujuan yang menjadi tempat persinggahan untuk berlibur adalah kota Lampung yang hanya memakan waktu sekitar 30 menit dari Jakarta menggunakan pesawat. Sebuah pengalaman yang menarik dan menjadi kali pertama bisa keluar dari wisata Jawa-Bali. Di sini aku mendapati kondisi kota yang masih alami dengan udara yang segar. Suasana yang membawa ketenangan setelah melewati masa satu tahun berkutat dalam kesibukan dari hiruk pikuk Jakarta.

Tak ingin melepaskan kesempatan dari meliburkan diri itu, aku menyempatkan waktu melanjutkan jatah waktu cuti ke kota Kembang yang sebelumnya tak sempat dieksplor lebih dalam. Perjalanan bersama kawan baru juga menjadi hal yang menarik karena mereka adalah salah satu aset untuk mengorek resep pengalaman hidup melalui sharing yang diberikan. Sesi ini selalu menjadi bagian yang paling berkesan. Kesan dimana aku bisa menerima berbagai karakter baru berikut dengan cerita masterpiece yang mereka alami dalam proses kehidupan. Sungguh menjadi perjalanan yang berkesan karena semua ini ditempuh dengan finansial pribadi (ditambah subsidi sukarela dari tante dan kawan) di tengah posisi permulaan masa kerja di kota antah beratah.

Perjalanan singkat selama cuti tadi menjadi suatu cuplikan penghiburan. Sebelum liburan ini berjalan, aku sempat mengalami masa duka di dalam bulan yang seharusnya menjadi hari bahagiaku. Masa-masa dimana keluargaku sempat mengalami masa kehilangan orang terdekat yang selalu menjadi poros saat keluarga besar berkumpul.

Beliau 'Oma' sebagai sosok karakter yang kuat dalam keluarga. Oma selalu merasa 'kaya' bukan secara materi tetapi ketika memiliki banyak anggota keluarga serta memiliki rasa syukur terhadap segala yang diperolehnya. Kehilangan Oma di dunia ini juga mengingatkanku saat 'Opa' dipanggil oleh Sang Pencipta. Mereka meninggal di bulan yang sama dimana berkaitan dengan hari ulang tahunku. Sebenarnya peristiwa ini mungkin bukan menjadi hal yang aneh bagi orang lain, tetapi menurutku ada suatu cerita di balik kondisi ini. Entah mengapa dalam peristiwa ini, aku merasa keberadaan keluarga begitu sangat penting di hari bahagiaku. Mungkin inilah hikmah dari kepergian kedua orang terdekatku. Sang Ilahi memilih cara seperti ini untuk mendapat suatu kebahagiaan, dimana keluarga yang jauh dari Indonesia bisa mengunjungi tanah air kembali.

Ketika bisa melewati masa sulit, itu adalah kebahagiaan. Begitu pula, ketika bisa bangun di pagi, menghirup udara segar, merasakan rasa kantuk masih melekat di mata, hingga akhirnya bisa melihat matahari pagi. Itu adalah cara sederhana mencapai sebuah kebahagiaan. Kebahagiaan hebat terjadi di saatku mencapai suatu nazar sekaligus sebagai impian yang pernah terucap dalam doaku sebelum berangkat ke Jakarta. Memang bukan suatu kebetulan, kecerahan matahari pagi saat itu hingga mempertemukanku pada sebuah pameran travel fair.

Peristiwa ini tiba-tiba menggugahku untuk teringat lagi pada nazar yang pernah kubuat. Kali ini terkesan sedikit nekad di tengah kondisi finansial yang cukup 'seret'. Namun, kata orang kesempatan emas tidak datang dua kali itu memang benar terjadi. Benar saja, setelah itu muncul berbagai travel fair dalam kondisi dollar yang terus melonjak. It's a blessed moment karena Mei 2015 nanti, kedua orang tuaku pertama kalinya bisa berangkat ke Belanda untuk bertemu dengan sanak saudara di sana. Melihat kedua orang tuaku bisa tersenyum, aku merasakan ada rasa bangga mereka terhadap pencapaian anak-anaknya yang diperbuat saat itu.

Setelah pencapaian itu terealisasi, sejenak aku berpikir dan merenung, apakah selamanya aku harus bertahan di Jakarta. Pertanyaan ini kupergumulkan dalam doa sekaligus mengingatkan kembali tujuanku bekerja. Singkat cerita setelah melalui berbagai pertimbangan yang kubawa dalam doa, akhirnya kuputuskan untuk hijrah kembali ke Surabaya. Di dalam pergumulanku, terjadi beberapa tawaran pekerjaan. Aku merasa, itu suatu pertanda akan suatu keputusan yang tepat apabila kembali ke kota asal dan kembali berkumpul dengan keluarga.

Satu setengah tahun itu berlalu secepat kilat seperti sebuah mimpi dimana aku bisa menghadapi berbagai petualangan menantang itu. Sebelum petualangan ini berlangsung, aku mengawalinya dengan berwisata alam. Kini sebelum mengakhiri masa-masa di ibukota, aku juga memilih berwisata ke Pulau Harapan di Kepulauan Seribu. Seperti nama pulau yang kusinggahi, kembali ke alam begitu menorehkan Harapan baru hingga meninggalkan kesan yang harmonis.


Satu setengah tahun yang begitu energik ibarat 'sekelebatan' mimpi yang terealisasikan dalam petualangan. Sebuah mimpi bukan hanya sekedar bunga tidur, tetapi itu adalah sebuah target yang hendak dicapai. Maka aku tidak pernah takut untuk bermimpi. Mengapa? Setelah bermimpi, di situ aku bangun dari tidur, bergerak, lalu berjalan dan berusaha berlari untuk meraih pencapaian itu. Kata orang suatu hasil tidak akan mengkhianati prosesnya. So, Thanks God, karena pencapaian yang kuperoleh itu semuanya melalui proses atas restu-Nya.