Saturday, November 21, 2009

Semangat Kekuatan 10 November

Indonesia kembali mengenang masa-masa perjuangan yang diperingati sebagai Hari Pahlawan tanggal 10 November. Hari dimana para pejuang di Surabaya memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia yang hendak dirampas oleh penjajah.

Peristiwa di Hotel Yamato, Tunjungan, Surabaya membawa ingatan kita pada pertempuran pemuda Indonesia yang sangat hebat. Setelah munculnya maklumat pemerintah yang menetapkan bahwa mulai 1 September 1945 bendera nasional Sang Merah Putih dikibarkan terus di seluruh Indonesia, gerakan pengibaran bendera makin meluas ke segenap pelosok kota. Antara Jepang dan Belanda menyusun suatu rencana untuk mengambil alih gudang dan beberapa tempat telah mereka duduki, seperti Hotel Yamato. Karena kedudukan mereka merasa kuat, sekelompok orang Belanda mengibarkan bendera Belanda (Merah-Putih-Biru), tanpa persetujuan Pemerintah RI Daerah Surabaya, di tiang pada Hotel Yamato. Pemuda Surabaya mengetahuinya, seketika meledak amarahnya. Mereka merasa Belanda mau menancapkan kekuasannya kembali di negeri Indonesia dan melecehkan gerakan pengibaran bendera yang sedang berlangsung di Surabaya. Para pemuda berebut naik ke atas hotel untuk menurunkan bendera Belanda dan merobek bagian birunya serta mengerek kembali bendera merah putih. Rakyat menyambut keberhasilan pengibaran bendera merah putih itu dengan pekik "Merdeka" berulang kali sebagai tanda kemenangan, kehormatan dan kedaulatan negara RI.

Di lain pihak gencatan senjata antara Indonesia dan tentara Inggris berangsur-angsur mereda. Namun Inggris mengeluarkan ultimatum yang menyebutkan bahwa semua pimpinan dan orang Indonesia yang bersenjata harus melapor dan meletakkan senjatanya di tempat yang ditentukan serta menyerahkan diri dengan mengangkat tangan. Batas ultimatum adalah tanggal 10 November 1945. Ultimatum itu ditolak oleh Indonesia. Sebab Republik Indonesia waktu itu sudah berdiri dan Tentara Keamanan Rakyat sebagai alat negara juga telah dibentuk.

Berbagai bagian kota Surabaya dihujani bom, ditembaki secara membabi-buta dengan meriam dari laut dan darat. Ribuan penduduk menjadi korban, banyak yang meninggal dan lebih banyak lagi yang luka-luka. Tetapi, perlawanan para pejuang juga berkobar di seluruh kota. Peristiwa berdarah di Surabaya ketika itu juga telah menggerakkan perlawanan rakyat di seluruh Indonesia untuk mengusir penjajah dan mempertahankan kemerdekaan. Banyaknya pejuang yang gugur dan rakyat yang menjadi korban ketika itulah yang kemudian dikenang sebagai Hari Pahlawan.

Meskipun dalam pertempuran menewaskan banyak pejuang, tapi mereka tak mudah menyerah karena dasar yang dimiliki adalah semangat perjuangan atas kemerdekaan yang telah sudah diraih Indonesia. Mempertahankan kemerdekaan tentu bukan hal yang mudah. Kini situasi Indonesia sudah jauh berbeda, tidak ada lagi penjajah datang untuk berperang, karena tiap bangsa telah merdeka dan memiliki kedaulatan sendiri yang bersifat universal. Namun tantangan Indonesia saat ini adalah bagaimana kita mengisi kemerdekaan yang sudah diraih. Persoalan yang kini menjadi masalah adalah kebuntuan cara berpikir dibuktikan dari kemiskinan, kebodohan, kemelaratan politik serta kecenderungan penurunan moral bangsa. Pemikiran ke arah masa depan susah sekali untuk direalisasikan, alhasil hanya angan-angan saja namun tak ada hasil yang nyata. Dengan kekuatan semangat 10 November, maka kita sebagai orang yang dikatakan generasi penerus bangsa baiknya terus mengisi kemerdekaan ini dengan menanamkan terus pondasi yang kuat untuk menghindari ancaman yang datangnya dari dalam diri kita sendiri kemudian menghasilkan karya-karya indah untuk mencerminkan kekayaan Indonesia yang sangat berharga.

2 comments:

Paper of Emotion said...

cieh........iny yang masuk di koran ??

Evefabrina said...

hahaha iyaa.. 5 tahun yang lalu. Next time berencana mau aktif lagi.